Selasa, 29 April 2014

Get It !

Get It!

Suara itu semakin jelas terdengar, sayup-sayup dan akhirnya menjadi sebuah bisikan. Bisikan… ya, hanya bisikan, tapi kata-kata itu terdengar lantang di telinga Maya. Benarkah itu ? baru saja, belum sampai satu menit bisikan itu terdengar lagi. Semakin lama semakin keras, dan sekarang adalah teriakan yang benar-benar lantang. Sorakan pun menggema diantara semua penjuru.
“KERENNN..!!!” itulah yang mereka katakan. Ini pasti mimpi ! Bukan ! Ini nyata. Maya bergelut dengan pikirannya sendiri. Ini benar-benar terjadi, ia benar-benar sedang berdiri di tengah lapangan sekolah hanya berdua dengan Andre. Tapi mereka dikelilingi oleh ratusan siswa lain yang di undang oleh Andre dalam acara penembakan tersebut. Semua gadis di sekolah itu pasti iri padanya, Andre sang ketua OSIS sekaligus teman sekelasnya yang di idolakan oleh banyak siswi menyatakan cinta pada Maya yang hanya gadis biasa. Serba biasa, tidak populer, tidak cantik, dan juga tidak pintar.
Apa yang akan Maya lakukan saat ini? menerima Andre atau menolaknya? sementara gema sorakan-sorakan itu semakin lantang untuk membuat Maya menerima cinta Andre. Maya hanya terpaku diam saat tangannya mulai di genggam Andre yang siap dengan jawabannya. Sekali lagi Maya melirik ke pingir lapangan, dua pasang mata menatapnya dengan lembut, mata itu milik sang ketua basket, Rio. Maya bingung bagaimana akan menjawab semua tentang ini, ia yakin Andre pasti akan sangat malu kalau ia menolaknya. Maya kembali melirik mata itu, tapi sekarang pandangannya berbeda, tidak selembut tadi. Sekarang mata itu menatapnya dengan tatapan tidak suka. Rio, apakah ia cemburu? benarkah begitu? jika benar, Maya pasti akan sangat senang seakali. Dia lah yang Maya inginkan, ia ingin yang ada di hadapannya saat ini adalah Rio yang tanpa malu mengucapkan cinta dan meminta Maya untuk menjadi pacarnya. Tapi sekali lagi, Maya merasa tidak berhak, ia merasa tidak pantas mendapatkan hal indah seperti itu.
Sorakan itu kembali menggema, tangan Andre semakin kuat menggenggamnya, Maya pun kembali sadar dari lamunannya. Ia harus memberikan jawaban pada Andre dengan tegas. Maya melihat dari sudut matanya, Rio mulai bangkit dari tempat duduknya. Kali ini terlihat jelas, ia marah.
“Andre…..” ucapnya perlahan membuat suasana hening sejenak dan membuat Rio menghentikan langkahnya, seakan menunggu jawaban gadis beruntung itu.
“Iya May.. Gimana ?” ucap Andre dengan tatapan seolah tidak ingin di tolak dan optimis cintanya akan bersambut.
“Emmm, Sorry…” ucapan Maya terputus ketika tangannya disentak oleh seseorang. Ya, Rio tiba-tiba ada disana dan melepaskan tangan Maya yang sejak tadi digenggam erat oleh Andre.
“Udah cukup !” nafas Maya serasa tercekat, waktunya seakan terhenti. Rio mengajaknya pergi dari lapangan itu sambil menggandeng tangannya. Maya tersenyum sedikit dan ia mengangguk ketika Rio berkata agar hubungan mereka tidak backstreet lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar